Rabu, 04 Mei 2016

Sel Elektrokimia

SEL ELEKTROKIMIA

Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron – elektron bebas dari suatu logam kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia penting dalam sel galvani (yang menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolisis (yang menggunakan arus listrik). Pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu sel elektrokimia dalam jangkauan suhu tertentu dapat digunakan untuk menentukan nilai – nilai termodinamika reaksi yang berlangsung serta koefisien aktifitas dari elektrolit yang terlibat.

4.1. Hukum Coulomb, Medan Listrik, dan Potensial Listrik
            Di antara empat macam antaraksi fisika yang dikenal (antaraksi inti yang kuat, antaraksi lemah, antaraksi elektromagnetik, dan gravitasi), hanya antaraksi elektromagnetik yang penting dalam bidang kimia. Dasar antaraksi ini adalah adanya gaya tarik atau gaya tolak antara dua muatan, yaitu Q1 dan Q2. Gaya ini merupakan besaran vektor yag dirumuskan sebagai Hukum Coulomb.
                           
Medan listrik dinyatakan dalam satuan SI Vm-1. Pada pembahasan selanjutnya, simbol E akan digunakan untuk menyatakan daya gerak listrik (DGL), yaitu perbedaan potensial listrik antara dua titik dan dinyatakan dalam satuan Volt (V).
            Besarnya medan listrik yang ada di sekitar partikel bermuatan adalah turunan dari besaran skalar yang disebut potensial listrik. Potensial listrik (Φ) didefinisikan sebagai kerja yang dibutuhkan untuk membawa suatu unit muatan positif dari titik awal ke titik tertentu.
                                    

4.2. Elektroda dan Potensial Elektroda Standar (Eo)
Pembahasan sel elektrokimia dimulai dengan menggambarkan elektroda yang menyusun sel elektrokimia. Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan kimia (reagents) yang terlibat. Sel elektrokimia umumnya tersusun atas dua elektroda. Setiap elektroda disebut sebagai setengah sel (half cell). Reaksi yang terjadi pada tiap elektroda disebut reaksi setengah sel atau reaksi elektroda. Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat digolongkan menjadi :
1.     Elektroda logam – ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan ionnya, contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2.     Elektroda amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini, amalgam logam M akan berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M2+). Logam – logam aktif seperti Na dan Ca dapat digunakan sebagai elektroda amalgam.
3.     Elektroda redoks
Yaitu elektroda yang melibatkan reaksi reduksi – oksidasi di dalamnya, contohnya elektroda Pt | Fe3+, Fe2+.

4.     Elektroda logam – garam tak larut
Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan garam sangat sedikit larutnya Mυ+Xυ- dan larutan yang jenuh dengan Mυ+Xυ- serta mengandung garam atau asam terlarut dengan anion Xz-. Contoh : elektroda Ag – AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan AgCl, dan larutan yang mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5.     Elektroda gas
Yaitu elektroda yang berisi gas yang berda dalam kesetimbangan dengan ion – ion dalam larutan, misalnya elektroda Pt | H2(g) | H+(aq).
6.     Elektroda non logam non gas
Yaitu elektroda yang berisi unsur selain logam dan gas, misalnya elektroda brom (Pt | Br2(l) | Br-(aq)) dan yodium (Pt | I2(s) | I-(aq)).
7.     Elektroda membran
Yaitu elektroda yang mengandung membran semi permiabel.
Untuk menggerakkan muatan dari satu titik ke titik lain diperlukan beda potensial listrik antara kedua muatan. Beda potensial diukur antara dua elektroda yaitu elektroda pengukur dan elektroda pembanding. Sebagai elektroda pembanding umumnya digunakan elektroda hidrogen (H+ | H2 | Pt) atau elektroda kalomel (Cl- | Hg2Cl2(s) | Hg). Beda potensial inilah yang dinyatakan sebagai daya gerak listrik (DGL). Untuk menghitung DGL sel, digunakan potensial elektroda standar (Eo) yang nilainya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Potensial elektroda standar pada 25oC
Elektroda
Eo (V)
Reaksi Setengah Sel
F- | F2(g) | Pt
2,87
½ F2(g)  +  e-  =  F-
Au3+ | Au
1,50
⅓ Au3+  +  e-  = Au3+
Pb2+ | PbO2 | Pb
1,455
½ PbO2  +  2H+  +  e-  =  ½ Pb2+  +  H2O
Cl- | Cl2(g) | Pt
1,3604
½ Cl2(g)  +  e-  =  Cl-
H+ | O2 | Pt
1,2288
H+  +  ¼ O2  +  e-  =  ½ H2O
Ag+ | Ag
0,7992
Ag+  +  e-  = Ag
Fe3+, Fe2+ | Pt
0,771
Fe3+  +  e-  = Fe2+
I- | I2(s) | Pt
0,5355
½ I2  +  e-  =  I-
Cu+ | Cu
0,521
Cu+  +  e-  = Cu+
OH- | O2 | Pt
0,4009
¼ O2  +  ½ H2O  +  e-  =  OH-
Cu2+ | Cu
0,339
½ Cu2+  +  e-  =  ½ Cu
Cl- | Hg2Cl2(s) | Hg
0,268
½ Hg2Cl2  +  e-  =  Hg  +  Cl-
Cl- | AgCl(s) | Ag
0,2224
AgCl  +  e-  =  Ag  +  Cl-
Cu2+, Cu+ | Pt
0,153
Cu2+  +  e-  =  Cu+
Br- | AgBr(s) | Ag
0,0732
AgBr  +  e-  =  Ag  +  Br-
H+ | H2 | Pt
0,0000
H+  +  e-  =  ½ H2
D+ | D2 | Pt
-0,0034
D+  +  e-  =  ½ D2
Pb2+ | Pb
-0,126
½ Pb2+  +  e-  =  ½ Pb
Sn2+ | Sn
-0,140
½ Sn2+  +  e-  =  ½ Sn
Ni2+ | Ni
-0,250
½ Ni2+  +  e-  =  ½ Ni
Cd2+ | Cd
-0,4022
½ Cd2+  +  e-  =  ½ Cd
Fe2+ | Fe
-0,440
½ Fe2+  +  e-  =  ½ Fe
Zn2+ | Zn
-0,763
½ Zn2+  +  e-  =  ½ Zn
OH- | H2 | Pt
-0,8279
H2O  +  e-  =  ½ H2  +  OH-
Mg2+ | Mg
-2,37
½ Mg2+  +  e-  =  ½ Mg
Na+ | Na
-2,714
Na+  +  e-  =  Na
Li+ | Li
-3,045
Li+  +  e-  =  Li

Pada tabel 4.1. terlihat bahwa elektroda hidrogen (H+ | H2 | Pt) merupakan batas pembanding dengan nilai potensial 0,0000 V. Bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih besar dari elektroda hidrogen (bernilai positif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk tereduksi (bersifat oksidator). Sedangkan bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih kecil dari elektroda hidrogen (bernilai negatif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk teroksidasi (bersifat reduktor). Karena reaksi setengah sel pada elektroda ditulis dalam bentuk reduksi, maka nilai potensial elektroda standar juga dapat disebut potensial reduksi standar.


4.3. Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia tersusun atas dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Secara garis besar, sel elektrokimia dapat digolongkan menjadi :
a.       Sel Galvani
Yaitu sel yang menghasilkan arus listrik. Pada sel galvani, anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif. Arus listrik mengalir dari katoda menuju anoda .Reaksi kimia yang terjadi pada sel galvani berlangsung secara spontan. Salah satu aplikasi sel galvani adalah penggunaan sel Zn/Ag2O3 untuk batere jam.
b.      Sel Elektrolisis
Yaitu sel yang menggunakan arus listrik. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang dipicu dari luar sistem. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif, sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel elektrolisis banyak digunakan untuk produksi alumunium atau pemurnian tembaga.

Untuk menyatakan sel elektrokimia, digunakan notasi sel sebagai berikut
                                    Zn │ Zn2+ ║ Cu2+ │ Cu
                                    Zn │ Zn2+ ┇┇ Cu2+ │ Cu
Sisi kiri notasi sel biasanya menyatakan reaksi oksidasi, sedangkan sisi kanan notasi sel biasanya menyatakan reaksi reduksi. Garis tunggal pada notasi sel menyatakan perbedaan fasa, sedangkan garis ganda menyatakan perbedaan elektroda. Garis putus – putus menyatakan adanya jembatan garam pada sel elektrokimia. Jembatan garam adalah larutan kalium klorida atau amonium nitrat pekat. Jembatan garam diperlukan bila larutan pada anoda dan katoda dapat saling bereaksi.


4.3.1. Penentuan DGL Standar Sel (Eosel)
Nilai Eosel ditentukan dengan rumus
                                    Eosel  =  Eoreduksi – Eooksidasi   ....................................       (4.5)
Eoreduksi adalah nilai potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan Eooksidasi adalah nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi.
Contoh : Hitung Eosel pada 25oC untuk Cd │ Cd2+ ║ Cu2+ │ Cu !
            Reduksi : ½ Cu2+ + e- = ½ Cu                         Eo = 0,339 V
            Oksidasi : ½ Cd = ½ Cd2+ + e-                       Eo = -0,4022 V
            Total : Cu2+ + Cd = Cu + Cd2+                       Eosel = 0,7412 V
4.3.2. Penentuan DGL Sel (Esel
            Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan dengan perhitungan DGL sel (Esel).


4.4. Keaktifan Elektrolit
           
Pendekatan nilai aktifitas yang sama tidak dapat digunakan untuk larutan elektrolit, karena zat elektrolit mengalami dissosiasi (penguraian). Walaupun begitu, ion – ion elektrolit tidak dapat dipelajari secara terpisah karena pada larutan dapat terjadi penetralan listrik. Untuk larutan elektrolit, digunakan besaran molalitas untuk menggantikan fraksi mol. Pemilihan skala mol dilakukan karena dibandingkan dengan fraksi mol, molalitas suatu zat tidak akan berubah apabila dalam larutan ditambahkan zat terlarut yang lain. 

4.5. Kekuatan Ion
            Elektrolit yang mempunyai ion bermuatan lebih dari satu mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap koefisien aktifitas dibandingkan elektrolit yang hanya mempunyai ion bermuatan satu. G. N. Lewis menyimpulkan hal tersebut sebagai kekuatan ion (Idimana zi adalah muatan ion – ion pada zat elektrolit. Pada pengenceran tak terhingga, distribusi ion pada larutan elektrolit dapat dianggap sangat acak. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya tarik dan gaya tolak menjadi penting karena letak ion – ion yang berdekatan. Karena adanya gaya tarik antar ion dan antara ion dengan lingkungan atmosfer ionik, koefisien aktifitas elektrolit mengalami penurunan. Pengaruh ini terjadi lebih besar pada ion – ion bermuatan tinggi dan pada pelarut dengan konstanta dielektrik lebih rendah dimana interaksi elektrostatik menjadi lebih kuat.
           

Elektroda kaca terdiri dari elektroda kalomel atau elektroda Ag – AgCl dalam larutan dengan pH tetap dalam membran tipis yang terbuat dari kaca khusus. Notasi sel untuk elektroda ini adalah Ag | AgCl | Cl-, H+ | membran kaca | larutan ┇┇ elektroda kalomel. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar